Petani Garut dan Ketergantungan pada Pupuk Kimia
Selama puluhan tahun, petani di Kabupaten Garut telah bergantung pada pupuk kimia sebagai solusi utama untuk meningkatkan hasil panen. Kebiasaan ini berawal dari masa program intensifikasi pertanian, ketika pupuk bersubsidi seperti urea, TSP, dan NPK diperkenalkan secara masif dengan janji panen melimpah dalam waktu singkat. Para petani yang awalnya menggunakan pupuk kandang atau kompos perlahan meninggalkan cara tradisional karena merasa pupuk kimia lebih praktis, cepat terlihat hasilnya, dan dianggap sebagai standar bertani modern. Namun tanpa disadari, ketergantungan ini kini menjelma menjadi masalah serius yang membelenggu petani Garut.
Banyak petani mengeluhkan bahwa tanah mereka kini tidak lagi subur seperti dulu. Lahan yang sering diberi pupuk kimia tanpa tambahan bahan organik menjadi keras, miskin mikroorganisme, dan membutuhkan dosis pupuk yang semakin banyak setiap musim tanam. Jika dulu cukup 1 kuintal pupuk untuk satu patok sawah, kini bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat. Biaya produksi pun melonjak, sementara harga gabah atau sayur tidak selalu naik mengikuti pengeluaran. Ironisnya, ketika pasokan pupuk bersubsidi langka atau harganya naik, petani menjadi kebingungan dan terpaksa menghentikan tanam atau mencari pupuk dengan harga lebih mahal di pasaran.
Selain berdampak pada ekonomi, penggunaan pupuk kimia berlebihan juga mengganggu kesehatan lingkungan. Air irigasi tercemar residu kimia, cacing tanah hilang, dan tanaman lebih rentan terhadap hama sehingga petani harus menambah pestisida. Ini menciptakan lingkaran ketergantungan baru yang semakin memberatkan. Padahal di sisi lain, Garut memiliki sumber daya lokal melimpah untuk membuat pupuk organik sendiri seperti kotoran kambing, limbah sayur, jerami, azolla, hingga dedaunan hutan. Beberapa petani yang mulai kembali menggunakan pupuk organik mengaku tanah mereka perlahan kembali gembur dan tanaman lebih tahan terhadap penyakit.
Perubahan memang tidak bisa terjadi dalam semalam, namun kesadaran mulai tumbuh. Ketergantungan pada pupuk kimia bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah mentalitas. Petani Garut perlu diberi keyakinan bahwa mereka mampu mandiri tanpa terus menerus membeli bahan kimia dari luar. Dengan pendampingan yang tepat, pertanian Garut bisa kembali kuat dan sehat seperti dulu—bukan hanya menghasilkan panen banyak, tetapi juga menyuburkan kembali tanah warisan leluhur agar layak ditinggalkan untuk generasi berikutnya.